Kamis, 22 Januari 2015

Makhkota Untuk Ibu.

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 14.14
"Separuhnya, atau sedikit kurang dari itu .. atau lebih seperdua darinya (malam).. " (Q.S 73:3-4)

Hal yang paling indah di dunia ini adalah menyaksikan hembusan nafas tenang dari ibu, dikala terjaga terlebih saat terlelap.

Dan saat paling membahagiakan adalah, saat kami saling membangunkan di sepertiga malam, separuhnya, atau sedikit kurang dari itu, atau lebih darinya.

Banyak kata yang tak bisa ku utarakan bu, mulai dari ungkapan mencintaimu hingga tak mampunya menceritakan kenakalanku. Tapi ku tahu bu, do'a tulusmu menggiringku ke tempat-tempat yang lebih baik, harapanmu penyemai semangat tiada banding dalam dadaku, lantunan ayat sucimu mengajarkanku mengikutimu, bukan dengan paksaan, kau mengajariku dengan tauladan. Hanya saja aku mungkin sering membangkang.

Dari lembaran kisah ibu, aku takkan mampu bergeming.
Jika mampu, ku katakan, bu..
Kau laksana lautan kesabaran yang tak pernah ku temui di sepanjang jalan kehidupan.
Senyummu serupa pahatan karya Illahi yang tak mampu tergantikan.

Kemarin, setelah sekian lama memendam kekesalan pada seorang teman yang menghinaku, akhirnya aku mengadu pada ibu, hanya ingin mencari ketenangan, walau sebenarnya aku sadar hinaan bukan perkara yang buruk. Yang buruk adalah jika kita berbuat buruk pada orang lain kan bu? tapi sosok ibu menunjukkan naluri seorang Ibu, "Iya, tapi kalau ketemu orangnya tetap ibu mau beri tahu, tidak ada ibu yang tidak sakit ada orang yang menyakiti anaknya."

Petikan kalimat itu membuatku takjub : Seluruh ibu di dunia ini mungkin memang makhluk yang digadang lemah bernama wanita, tapi Ia akan menjadi perkasa terlebih bila ada yang menyakiti anak-anaknya atau anggota keluarganya. Karena Wanita memang perkasa, mereka adalah makhluk tangguh, dan aku melihat itu dari sosok para ibu.

"Wah ibu, ga apa-apalah bu.. tenang aja.." balasku. Aku hanya kesal sedikit. dengan bersabar, Allah menggugurkan dosa-dosa kita :) "

Hening. aku teringat beberapa tahun lalu, saat handphone kakaku hilang, lalu ia meminta yang baru, aku bertanya pada ibu,
"Koq ibu baik banget, dia udah ngilangin masih di kasih "
Jawaban ibu, singkat.
"Belum pernah ngerasain punya anak sih."

Bagi ku kalimat itu bukan hanya sebuah ujaran, ia memilki makna lain berupa "Setiap ibu di dunia ingin membahagiakan anaknya, apapun yang terjadi". Seperti sebuah peristiwa, Aku ingat, dulu saat aku berada di pondok pesantren, aku tak punya sepatu untuk keperluan MOS, dan meski jauh sekali, ibu datang pagi-pagi buta mengantarkan sepatu itu, lalu hanya sejenak bertemu, aku bergegas pergi ke sekolah. Ibu, masih mempersembahakan yang terbaik : "Ini tehnya diminum dulu."
dalam hatiku "ooooo Ibu, maaf aku selalu merepotkanmu." T.T "jauh datang, bertemu sebentar, aku buru-buru :("

Aku juga ingat saat aku menjadi panitia MOS SMP dulu, ada seorang siswa baru yang tak membawa balon sebagai tugas MOS, lalu siapa yang berusaha membela siswa itu?
Ya, Ibunya, berdesakkan demi mencari panitia, hanya untuk bialng "De, anak ibu kehabisan balonnya jadi ga bisa bawa, mohon jangan dimarahi ya.."
Aku tersenyum, "tidak apa-apa bu, balon yang mau diterbangkan juga sudah banyak."
"Alhamdulillah,terimakasih ya de.."
Bukan perkara balon, tapi perkara kasih sayang yang tiada takut membela anakya terlebih yang memasuki dunia baru seperti anaknya.Ibu, tiada lelah walau harus berdesakkan, bersimbah keringat.
Ibu, di manapun itu ingin kebahagiaan untuk anaknya.

Banyak sekali petikan-petikan pertanyaan yang ku lontarkan pada Ibu dan membuatku kagum. Kalau aku minta uang, ibu bilang
"Ini utang loh, ibu bukan ngasih,"
"yaah koq utang bu.. hehe"
"Iya, utang, bayarnya ke cucu ibu kelak yaa, sekolahin, didik, ajarin ngaji."
"oooh, anak-anakku kelak, ibu bisa ajaaa" :)
Ibu selalu bilang "Ibu, tidak akan mewariskan apapun kecuali ilmu, jadi sekolah yang benar, :) Harta bisa habis di jalan,  tapi Ilmu adalah pengikat keberkahan,  hmm Iya, aku selalu kagum akan semangat ibu yang terus berusaha menyambungkan teleponnya dengan radio yang sering sibuk untuk bertanya, untuk dikoreksi tilawahnya oleh para ustadz di radio. Aku kagum, pada semangat ibu yang senang belajar dan terus belajar.

17 Januari 2015
aku berdiri memeluk ibu.
"Ibu, ga kerasaa aku udah gede umurnyaaaaa" bermanja pada ibu selalu kulakukan sampai sekarang.
Ibu tersenyum saja.

22 tahun sudah ibu merawatku bu, dengan berbagai tantangan, berbagai kesedihan, berbagai rasa suka maupun duka.
Bu, ku akui bu, belum mampu aku membawakan kebahagiaan untukmu,
justru aku sering menyakitimu bu.

Izinkan aku, do'akan aku agar mampu, aku ingin memakaikanmu makhkota untukmu di surga kelak bu, :)
aamiin.

"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com” 


0 komentar:

 

little one on earth Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea