Senin, 15 Desember 2014

Aah Kalian Selalu Mengagumkan!

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 05.19 1 komentar




"Assalamualaikuum" kata mereka.

Jepret!

"Walaikumussalaaaaam :)"

Lihatlah! tanpa persiapan, tanpa diunyu-unyu asal jepret saja anak kecil selalu lucu.
Beda dengan orang dewasa pasti bilang : "Iiiiii ga bilang dulu mau moto teh".. "iii hapus ga kobeee" (kobe: muka yang tidak terkontrol.) iya kaan gitu kaaan? :D

iya, mereka mah gimana aja lucu,
 karena mereka memang tercipta sebagai penyejuk hati yaa, masih bersih , tak berdosa
bagai kertas putih, soal kertas itu mau dituliskan apa adalah tanggung jawab orang tuanya, apakah menerapkan ilmu menari, ilmu bernyanyi, ilmu sulap, ilmu mengaji, itu pilihan orang tuanya. Menjadi baik atau buruk, benar atau salah, dan hal lainnya adalah pilihan orang tuanya. JIka berubah di usia dewasa, itu tanggung jawab dirinya sendiri.

Jumat, 12 Desember 2014

Berkunjung Ke Gua Hitam

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 20.29 0 komentar
Datang membawa bekal dengan kantong yang compang-camping.
Berjalan-jalan menikmati alam sekitar, terpesona, hijau, indah, lumrah rasanya bila banyak orang datang.
Pohon-pohon menjulang, bunga-bunga bertebaran, kupu-kupu keliaran menerpa wajah-wajah suci aneka tanaman, ilalang saja bagai rumput yang dikawal para petugas penjaga taman.

Kursi-kursi kayu dipahat rapi dari dedahan besar yang cokelat sempurna tanpa cacat di kiri kanan, di depannya seonggok pualam besar menjelma menjadi meja yang diukir. Sejanak duduk, diam, membuka perbekalan, menyantap roti isi cokelat, dan teh manis hangat. Tak butuh waktu lama,  bersiap lagi berjalan, sendiri saja menikmati kicau burung di jelang senja. Mau kemana?

inilah perjalanan tanpa arah tujuan, bahkan melupakan panduan.

Langit sudah mulai gelap,tiba-tiba sesosok wanita cantik bak seorang putri dengan gaunnya menyapa : "Kemari!". Dengan menggigil kaki mendekat, tersenyum karena akhirnya tau dialah teman yang paling baik, lakunya dewasa, dan tauladan para penduduk di sana.

Kami melangkah, berjalan hingga pada akhirnya menemukan sekuntum jingga di pinggir jalan, jatuh, berserakan dan hendak kami bereskan. Satu di antaranya ada yang paling menarik, emas berkilatan dari putiknya, cintapun jatuh pada kuntum itu.

Tak lama kami berjalan, Sang putri menampakkan keinginannya membawa kuntum bunga berputik emas ke rumahnya. Rupa-rupanya itu miliknya yang dulu pernah Ia buang saat melihat kuntum lain yang mempesona.

Lantas, saat langit semakin gelap, air pun turun dari langit yang membawa serta suara petir. Kami berlari saling melindungi, melindungi kuntum jingga berputik emas agar tak lagi malang, tibalah kami di keteduhan, sayang langit yang gelap tak izinkan rembulan menerangi kami. Dalam gelap kami tertidur lelap.

Saat malam menjelma menjadi tidur yang lelap, mimpi membawa pergi ruh hingga datang lagi saat pagi menyuarakan kedatangannya.

Sang Putri tak ada lagi di sisi, Ia hanya menemani perjalanan kemarin, menyisakan perjalan gelap di depan sana bersama kuntum jingga berputik emas menemani perjalanan yang dibuatnya terasa indah.

Ini Gua Hitam, terangnya jalan hanya berasal dari kuntum yang ku pegang, hendak kembali tak tau arah, sudah tahu , tapi hati masih ingin bersama dengan Sang putik emas, yang kilaunya terasa menghangatkan di tempat ini, lalu akan ke mana kaki melangkah?
 

little one on earth Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea