Rabu, 18 Maret 2015

h-14 hari

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 08.45 0 komentar
Notes to Qatar


:)

berkali-kali gagal ke cancel pergi keluar negeri, untuk belajar bahasa arab, tidak mematahkan si bungsu dari empat bersaudara ini berjuang. ada program satu tahun belajar di Qatar, full scholarship, hihi bayanginnya pengen punya rubah alias rumah bahasa untuk anak-anak. jadi, apasalahnya belajar di sana? :)

Pertama-tama daftar di http://mybanner.qu.edu.qa/ terus ceklis ceklis data, termasuk calon perekomendasi. huhuhuhu terus penulis ni sama Hanan temen yang sama-sama daftar juga, memberanikan diri mencari prof. Syarief untuk minta surat rekomen, eh ternyata beberapa hari kemudian, temen penulis sebut saja dia Ale, bilang "kita harus berstrategi, kalau perekomendasinya sama, di sana kita jadi saingan." hoho oke deh coba cari yang lain, huhu sempet kebingungan minta ke siapa? ke Profesor Tajudin? malu euy rasanyaaa.

Coba lagi dipikir-pikir sempat meminta surat rekomendasi dari ust. rahmat yang Ikadi itu loh, tapi rupanya beliau sedang sibuk jadi tak membalas sms, dan Ale bilang "tiw, dosen wali lo pa Tajudin kan? minta aja ke diaa"
em...
'tapiiii gue ngerasa ga  qualified' dalam hati.

Waktu terus berlalu, sampai kusadari, masa pendaftaran tinggal 5 hari lagi, ya Kamis, 12 Maret 2015.
Tapi masih ada gelintir takut melingkupi hati, dan membiarkannya berlalu sampai h-3 pendaftaran berakhir.
 Selasa pagi, penulis berjalan kaki menyusuri gerbang kampus, sendiri,  sampai akhirnya sebuah langkah menyamai langkahku, dari belakang.
Eh Rupanya dia Ale,
"tiw, minta aja ke Pa Tajudin."
"emmm apa ntar yang ditulis?"
"bilang aja lo rajin, atiw kan rajin!"
"dezig... aamiiin :D hahaha"
"eh, dengerin urusan begini jangan humble tau. jangan sederhana, pd aja keluarin semua yang ada."
"oo gitu yaaa, iya nanti deh coba bilang ke pa tajudin."

singkat cerita, ternyarta Profesor menyetujuinya,
 tragedi pun terjadi saat penandatangan berlangsung, huhuhu :(

tapi tak apa katanya perjuangan memang selalu ada pahit manisnya.

singkat cerita lagi, tanggal 12 tiba. Sekitar pukul 3 sore, penulis mengirimkannya, karena buru-buru juga pukul 4 sore harus ke Jonas untuk foto bareng Himpunan Mahasiswa Sastra Arab.

Taraaaa. dokumen pun terkirim.Walau dengan perjuangan sinyal, karena ada pdf yang berat banget.

SIIIP!
cow ah ke tempat jeprettt bisi ujaaan, da emang udah ujan juga siiih,
oke setelah menunggu lama, pukul 18.00 baru masuk studio dan senyum manis sana, senyum manis sini, jepret jepret, teriak sana teriak sini, jepret, jepret, sampe keabisan gaya yuhhhuuuuu...

waktunya pulang.

Solat maghrib, lelah menghampiri, lalu tidur.

-------------------------------------
bangun, solat isyaa dan tidur lagi!

keesokan harinya.
What?

dapet email ini


email bahwa dokumen kemarin gagal terkirim karena terlalu berat ukurannya. huhuhu (catet: ini pelajaran 1.)
Kaget, shock, tapi harus tetap tenang, edit perkecil sizenya, dan kirim ulang.

besoknya Ale cerita udah dapet email balesan bahwa dokumen keterima. Ya Allah, itu rasanya campur aduk, ane baru ngirim ulang tanggal 13, berdoa mudah-mudahan panitia memang membuka email setelah tanggal 14, mungkin mereka mengharagai perbedaan waktu yang ada, berdoalah toh mereka juga makhluk Allah, hatinya dikuasai Allah yaa apapun yang terjadi bulatkan tekad, tawakal do'a. jangan setengah-setengah, perihal berhasil atau belum itu Kuasa Allah, perjuangan adalah ibadah, susah payah adalah kenikmatannya. semangat!

hari berganti hari, email nisasuni17@gmail.com sering dibuka tutup sehari entah sabaraha kali, dan email semacam email ke Ale, belum ada, oke gpapa, hikmahnya : "jangan pas deadline dan tetep harus croscek, udah kekirim apa belum emailnya" (catet: pelajaran 2).

Hingga akhirnya disela nyksipsi,
Alhamdulillah dokumen diterima,
dan tinggal menunggu pengumuman di awal April.

Apapun hasil finalnya, itu keputusan Allah :)

"Faidza 'adzamta, fatawakkal 'alallah. Innallaha yuhibbulmutawakkiliin" (Q.S Ali Imran :159)

:)

Best Regards



Nisa Suni




Rabu, 28 Januari 2015

Cancelled Part 2

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 08.45 0 komentar
Belajar dari kesalahan tes yang pertama, tes yang kedua saya ikuti lagi dengan lebih niat, dan serius lebih dari yang sebelumnya, mimpi dipanjatkan, katanya dari 24 orang yang dites 10 orang akan diberangkatkan.

Tes pun kami (saya dan teman-teman)  jalani, dan saya berharap saya salah satu dari mereka.
hingga hari pengumuman, datang.

Khoirunnisa. begitu nama saya dipanggil diurutan ke sembilan.
Alangkah bagai mimpi yang lama dinanti, datang.

Satu pengumuman tambahan ditegaskan kembali.
"Awalnya 10 orang yang diberangkatkan, tapi apa mau dikata.. Kami pihak jurusan sudah berusaha, tapi hanya 6 orang yang akan diberangkatkan."

Dan,
saat itu yang terpikir adalah dosa penghalang rezeki.

Baiklah,
" tapi yang lain boleh mencoba, bisa kalian ajukan proposal ke perusahaan-perusahaan. Yang punya paspor bisa dikumpulkan scanannya." Ucap Sang Koordinator Jurusan Tercinta

Ragu, tapi karena disemangati dan rasanya disuruh mencoba satu kali lagi, saya ikuti.
Mungkin Allah ingin saya bekerja lebih giat lagi.
Proses pun saya jalani, Proposal dibuat seminimal mungkin pengeluran, tapi berusaha tetap menarik., ya Alhamdulillah beberapa cair pengganti modal kesana-kemari, pembayaran visa dan lain-lain.
hingga saatnya tiba, tiket harus dibeli.
dan lagi-lagi saya menyerah.

impulsive mungkin, saya berpendapat : "Jika tak punya ilmu, setidaknya punyalah harta"
hem beregeming, dan belakangan baru tahu tentang empat ciri manusia  berkenaan tentang ilmu dan harta (next post).
:)

-sering saya menyesali diri, diri ini belum sungguh-sungguh dalam belajar-

dua diantara tujuh tersisa dari kami lolos di ujian kali ini.
mereka berangkat ke Negeri Piramid itu bersama tujuh orang teman lainnya.

:)
saya gigit jari?

Alhamdulillah, Allah mengaruniakan hati yang tidak membenci keadaan itu.
saya syukuri nikmat tidak jadi berangkat itu untuk mengikuti sebuah kegiatan yang terkenal disiplin dan menantang SSG 28 :). Banyak sekali pengalaman dobrak diri, hingga tangisan muhasabah yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Banyak sekali kegiatan yang kalau dipikir-pikir ko bisa ya melewatinya.

Melintas air terjun, latihan di tempat Tentara, Rafting, dan di akhir latihan saat pelantikan saya yang kecil ini membawa beban kurang lebih 15 kilo menuju hutan, kami diajari untuk Pantang mengeluh! :) oya, yang paling berkesan adalah malam terakhir, di hutan kami solo bivak. Untuk membuat tendanya saja saya tak menyangka, lumayan bisa walau kena ujan dikit-dikit, he malam itu, malam yang tidak pernah terlupa. :)

Banyak tokoh yang luar biasa terasa begitu dekat, menyenangkan, pelatih yang bersahaja, setiap kegiatan yang selalu disambungkan dengan Allah Sang Kuasa.

Subhanallah, karunia ini tak mau saya lupakan.
Meski saya masih banyak kurang di sana sini, karena diri saya  yang belum bisa menerapkan semua pelajarannya tapi, untuk SSG saya ucapkan terimaksih. :)

kembali soal kegagalan Mesir yang kedua kali,
teman-teman mungkin bertanya-tanya mengapa saya tidak jadi, atau mereka sudah tahu, dan tidak mau menyinggungnya di depan saya.

terimkasih ya, kalian sudah mengerti..
tidak jadi berangkat bukan sebuah kesedihan yang mendalam, jadi rasanya tidak perlu banyak kita bahas, dukungan kalian dalam diam atau terucapkan itu sama kuatnya. terimakasih untuk do'a-do'a itu :)

Dan sekarang smester delapan.
Jujur, saya masih berusaha mencintai bahasa yang sulit ini. ^^ he

untuk semua mimpi yang tertunda, saya ucapkan sampai jumpa.
sebentar lagi paspor hangus :D kemanakah kaki akan melangkah?

Sob, the dreams wasn't failed :)
it's just Cancelled :)

aamiin.

Cancelled Part 1

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 08.19 0 komentar
Mimpi .
berikut cerita saya soal mimpi,
bukan,
bukan bunga tidur.

yang saya maksud, mungkin adalah bunga kehidupan.
Jika terwujud, ia bagai bunga di taman yang tumbuh bermekaran.
Indah.


Smester tiga,empat,lima, enam, tujuh, dan sekarang sudah menginjak smester delapan.
Dulu, Smester 1 atau sebelum kuliah, rasa-rasanya tidak mungkin untuk pergi ke luar negeri sebagaimana dimimpikan setiap orang.

Smester dua mendengar kabar bahwa, Jurusan mengadakan tes untuk beberapa orang mengikutinya. Tes menuju Negeri Piramida.


Smester 3, sekitar itu.. Saya diikutkan sebuah tes menuju Mesir.
teman-teman  saya yang bersama saya mengikuti tes itu, sudah mahir berbahasa Arab,
Pintar, cerdas, smart, Mahir Jiddan deh pokoknya.
saya ragu datang ke tempat tes, bahasa arab pas-pasan, jarang dilatih, dan mungkin karena kurang cinta. heu..
tapi saya datang mencobanya, tanpa harapan.
saya datang hanya membawa keberanian mencoba.
dan seperti kalian tau, saya tak beruh mengikutinya, hingga kegagalan adalah jawaban.

Mesir? Coret. Mesir 2013 T.T
Secercah harapan kembali muncul,
Ada jalan lain, seperti yang dilakukan Kaka Kelas sebelumnya yaitu dengan mengirim proposal ke sejumlah instansi mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi, sampai Nasional, dan tentu Swasta.
Saya dan sembilan orang teman saya mencobanya.
kami berkumpul, membuat rencana, bermimpi bersama, menginap di salah satu rumah sahabat untuk begadang membuat proposal, prin, esok paginya pergi menyebar, mengedor setiap pintunya.

Ah, saya bingung memulai cerita dari mana.
mungkin, dari lantai dua gedung dekanat,

Disana, salah satu dosen kami bercerita tentang sebuah negara dimana temannya bisa membantu mengurus course kami, jika kami mau, mengurus mulai dari LoA sampai penginapan.
Saat itu, bunga-bunga serasa mengitari kami,
bunga-bunga itu bernama Sudan, Sudan,Sudan, Sudan. Salah satu Teman kami sampai berteriak, berjingkrak-jingkrak merasa senang, mendengar kabar itu. Ada yang bisa mengurus kami, di ujung impian kami. Belajar di luar negeri.

Kami solat dzuhur bersama waktu itu di Masjid Ibnu Sina. Rencana kami, kami ingin mengoreksi proposal yang kami buat, tapi hujan turun, dan kami memutuskan untuk bertilawah terlebih dahulu.
sampai seorang dari kami menemukan sebuah ayat.

"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" (Al-Mulk:15)

Kami seolah termotivasi lebih tinggi membaca ayat itu, kami akhirnya selalu ingin menjelajah bumi Allah. Hingga kami menamai diri kami dengan Para Penjelajah Bumi Allah. (PPBA). sedikit alay, sedikit apa banyak yaa? seorang kaka kelas kami kadang menyebutnya (Para Pencari Budak Alay) kalau ga salah :D

ah, itu sebutan saja supaya saat menjarkom ada sebutan mudah, PPBA :D

(masih ingat intens jarkom lewat sms, belum ada wa, line, dsb.) dan masih aktif sekali di facebook, kalau dilirik, dokumen penting, tak sembarang ada disana.

penting?
Ya, kita ga main-main.
sebuah instansi Negeri meminta kami membuat paspor,
dan kami membuatnya tanpa tahu, memang kita berangkat?



dari ujung Sumedang, saya dan teman saya mondar-mandir, yang lain menyebar di kota/kabupatennya masing-masing, Bandung, Sukabumi, Ciamis, Depok, Jakarta.
Cacian, tertawaan, melawan rasa malu saat menginjakkan kaki, pelayanan yang empet banget, sampai justru terkesima dengan pelayanan di kantor lain kami alami.

Kami ajukan proposal pribadi kami.
Satu Minggu, dua Minggu, tiga minggu, sampai kami malu follow upnya dan hilang.

tak sampai disitu,
proposal kelompok kami ajukan,
waktu itu saya dan teman saya dari Jatinangor hendak menjelajah Jakarta.
Disana, banyak perusahaan besar, intansi negara yang sepertinya bisa membantu.
Lumayan, nambah pengalaman, naik-naik ke gedung pencakar langit, BUMN, Pertamina, Sam***rna, perusahaan-perusahaan swasta, dan lain-lain.

selama dua hari kami menjelajah Jakarta, sengaja, saya ingin mencoba semua kendaraan disana, hihi katro yaa mulai dari kereta, angkot, bajaj, busway, metromini, bis dan motor :D

kelaparan. saya bersama tiga orang teman saya yang berpencar menuju instansi-instansi berkumpul di monas, berbagi pengalaman, ketawa-ketawa, dan makan mie kriuk-kriuk (gadoin). hingga sore hari, kami pulang ke basecamp di Depok, rumah salah satu rumah dari kami.

Depok, kami menemukan banyak hal, berjalan-jalan keliling UI, naik bikun sok-sokan anak UI,hhiihi sampai ngeprin yang super mahal. Oya, jadi ingat salah satu tempat prin disana, kami pengunjung paling lama, sampai-sampai kami seolah akrab dengan mereka.

Perjalanan di Depok, Jakarta, Sumedang, Bandung, memiliki banyak kenangan.

hingg a tercetus dari lisan ini : seneng yaa "Selalu ada kenangan di setiap perjalanan, makaaa ..
jelajahilah bumi Allah" bersama-sama seperti menjadi sebuah moto.

Sungguh, kemana pun itu, selalu ada pelajaran, hikmah, kenangan di setiap perjalanan bukan? :)

Lagi-lagi satu, dua , tiga minggu kami menunggu, senang setiap selesai memberi proposal, dan harapan-harapan pun bersemi, hingga banyak kabar bermunculan setiap selesai follow up :

"Mohon maaf, atasan kami sedang tidak ada di tempat, silakan hubungi 3 hari lagi" atau
"Mohon maaf baru saja saya berikan ke bagian perencanaan."
"Mohon maaf, saya kejebak banjir jadi belum ke kantor lagii"

"Iya de, proposal yang mana ya? nomor berapa? wah hilang sepertinya."
"Mohon maaf, untuk tahun ini tidak ada dana untuk seperti ini."
"Neng, kami terima proposalnya tapi harus diurus lagi yaa mungkin ini untuk tahun depan. seharusnya setahun sebelum sudah mengajukan yaa."

dan masih banyak lagi :)

dua, tiga bulan, mimpi ke Sudan menjadi kenangan bersama perjalan menyebar proposal.
delapan dari kami menyerah,
ternyata dua orang dari kami, tembus proposalnya dan berangkat ke Negeri Agamis itu.
enam bulan berlalu,
Singkat cerita salah satu dari sisanya tak menyerah mengirim aplikasi ke Maroko, dan dia menjadi satu-satunya dari universitas kami yang berangkat..

tersisalah tujuh dari kami yang masih menyimpan mimpinya,
dan waktu berlalu, mereka yang berangkat telah kembali, giliran siapakah yang menggapai mimpinya?

Bersambung..

Kamis, 22 Januari 2015

Makhkota Untuk Ibu.

Diposting oleh Nisa Dewi Suni di 14.14 0 komentar
"Separuhnya, atau sedikit kurang dari itu .. atau lebih seperdua darinya (malam).. " (Q.S 73:3-4)

Hal yang paling indah di dunia ini adalah menyaksikan hembusan nafas tenang dari ibu, dikala terjaga terlebih saat terlelap.

Dan saat paling membahagiakan adalah, saat kami saling membangunkan di sepertiga malam, separuhnya, atau sedikit kurang dari itu, atau lebih darinya.

Banyak kata yang tak bisa ku utarakan bu, mulai dari ungkapan mencintaimu hingga tak mampunya menceritakan kenakalanku. Tapi ku tahu bu, do'a tulusmu menggiringku ke tempat-tempat yang lebih baik, harapanmu penyemai semangat tiada banding dalam dadaku, lantunan ayat sucimu mengajarkanku mengikutimu, bukan dengan paksaan, kau mengajariku dengan tauladan. Hanya saja aku mungkin sering membangkang.

Dari lembaran kisah ibu, aku takkan mampu bergeming.
Jika mampu, ku katakan, bu..
Kau laksana lautan kesabaran yang tak pernah ku temui di sepanjang jalan kehidupan.
Senyummu serupa pahatan karya Illahi yang tak mampu tergantikan.

Kemarin, setelah sekian lama memendam kekesalan pada seorang teman yang menghinaku, akhirnya aku mengadu pada ibu, hanya ingin mencari ketenangan, walau sebenarnya aku sadar hinaan bukan perkara yang buruk. Yang buruk adalah jika kita berbuat buruk pada orang lain kan bu? tapi sosok ibu menunjukkan naluri seorang Ibu, "Iya, tapi kalau ketemu orangnya tetap ibu mau beri tahu, tidak ada ibu yang tidak sakit ada orang yang menyakiti anaknya."

Petikan kalimat itu membuatku takjub : Seluruh ibu di dunia ini mungkin memang makhluk yang digadang lemah bernama wanita, tapi Ia akan menjadi perkasa terlebih bila ada yang menyakiti anak-anaknya atau anggota keluarganya. Karena Wanita memang perkasa, mereka adalah makhluk tangguh, dan aku melihat itu dari sosok para ibu.

"Wah ibu, ga apa-apalah bu.. tenang aja.." balasku. Aku hanya kesal sedikit. dengan bersabar, Allah menggugurkan dosa-dosa kita :) "

Hening. aku teringat beberapa tahun lalu, saat handphone kakaku hilang, lalu ia meminta yang baru, aku bertanya pada ibu,
"Koq ibu baik banget, dia udah ngilangin masih di kasih "
Jawaban ibu, singkat.
"Belum pernah ngerasain punya anak sih."

Bagi ku kalimat itu bukan hanya sebuah ujaran, ia memilki makna lain berupa "Setiap ibu di dunia ingin membahagiakan anaknya, apapun yang terjadi". Seperti sebuah peristiwa, Aku ingat, dulu saat aku berada di pondok pesantren, aku tak punya sepatu untuk keperluan MOS, dan meski jauh sekali, ibu datang pagi-pagi buta mengantarkan sepatu itu, lalu hanya sejenak bertemu, aku bergegas pergi ke sekolah. Ibu, masih mempersembahakan yang terbaik : "Ini tehnya diminum dulu."
dalam hatiku "ooooo Ibu, maaf aku selalu merepotkanmu." T.T "jauh datang, bertemu sebentar, aku buru-buru :("

Aku juga ingat saat aku menjadi panitia MOS SMP dulu, ada seorang siswa baru yang tak membawa balon sebagai tugas MOS, lalu siapa yang berusaha membela siswa itu?
Ya, Ibunya, berdesakkan demi mencari panitia, hanya untuk bialng "De, anak ibu kehabisan balonnya jadi ga bisa bawa, mohon jangan dimarahi ya.."
Aku tersenyum, "tidak apa-apa bu, balon yang mau diterbangkan juga sudah banyak."
"Alhamdulillah,terimakasih ya de.."
Bukan perkara balon, tapi perkara kasih sayang yang tiada takut membela anakya terlebih yang memasuki dunia baru seperti anaknya.Ibu, tiada lelah walau harus berdesakkan, bersimbah keringat.
Ibu, di manapun itu ingin kebahagiaan untuk anaknya.

Banyak sekali petikan-petikan pertanyaan yang ku lontarkan pada Ibu dan membuatku kagum. Kalau aku minta uang, ibu bilang
"Ini utang loh, ibu bukan ngasih,"
"yaah koq utang bu.. hehe"
"Iya, utang, bayarnya ke cucu ibu kelak yaa, sekolahin, didik, ajarin ngaji."
"oooh, anak-anakku kelak, ibu bisa ajaaa" :)
Ibu selalu bilang "Ibu, tidak akan mewariskan apapun kecuali ilmu, jadi sekolah yang benar, :) Harta bisa habis di jalan,  tapi Ilmu adalah pengikat keberkahan,  hmm Iya, aku selalu kagum akan semangat ibu yang terus berusaha menyambungkan teleponnya dengan radio yang sering sibuk untuk bertanya, untuk dikoreksi tilawahnya oleh para ustadz di radio. Aku kagum, pada semangat ibu yang senang belajar dan terus belajar.

17 Januari 2015
aku berdiri memeluk ibu.
"Ibu, ga kerasaa aku udah gede umurnyaaaaa" bermanja pada ibu selalu kulakukan sampai sekarang.
Ibu tersenyum saja.

22 tahun sudah ibu merawatku bu, dengan berbagai tantangan, berbagai kesedihan, berbagai rasa suka maupun duka.
Bu, ku akui bu, belum mampu aku membawakan kebahagiaan untukmu,
justru aku sering menyakitimu bu.

Izinkan aku, do'akan aku agar mampu, aku ingin memakaikanmu makhkota untukmu di surga kelak bu, :)
aamiin.

"Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com” 


 

little one on earth Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea