angka yang semestinya dua bola mata sudah terhalang dari sinar
saat semestinya ada hati yang jauh lebih tenang dari gejolaknya bersama raja siang
saat semestinya senyum terpancar di genangan tenang yang dalam.
saat itu, saat semestinya kekhawatiran sudah sirna, rasa seharusnya sudah biasa
saat yang semesetinya mencemaskan yang tak perlu dicemaskan itu berdiri dibatas akhir masa.
saat itu semuanya tak nampak selaras,
tentang hati yang seharusnya tidak begitu, begini,
saat semuanya tak nampak selaras
saat Sang Rahim memberi sayang, tapi dinafikan hati
saat semuanya betul-betul tak selaras.
yaa, bukankah pekerjaan kita banyak yang tak selaras?
pekerjaan kaki, pekerjaan mata, jari, bahkan hati.
Allah, ampuni mayoritas ketidak selarasan kami.
antara hati dengan lisan, dengan percakapan, dengan tindakan,
antar yang telah diajarkan, dan apa yang telah diikrarkan,
ampuni hati yang belum selaras menderma diri kepadaMu,
yang masih tak selaras menjalani setiap indah nashMu
yang tak selaras menjaga cinta yang sebenarnya selaras diciptakan olehMu.
laraskan hati, saat ini, tak akan ada lagi hati yang diobrak abrik hati lain.
laraskan langkah, laraskan untuk selaras, menuju Jannah bertemu sang Pemiliknya.
laraskan laraskan dalam tenang, dalam indah.
laraskan, maka akan selaras :)
0 komentar:
Posting Komentar